1.
SRIATUN
-BURUH
TANI
Sriatun adalah seorang
wanita yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani di sebuah desa nan jauh
dari keramaian di kabupaten Kediri. Keinginannya bukanlah mempunyai banyak
harta melainkan ingin menyekolahkan kedua anaknya di sekolah tinggi. Karena ibu
ini tidak pernah tamat mengenyam bangku pendidikan. Tapi alhamdulillah bisa
baca tulis.
Dua puluh tiga tahun
yang lalu mata pencahariannya menjadi buruh di sebuah pabrik rokok dengan gaji
yang tidak seberapa. Hanya 1500 rupiah perhari. Waktu itu harga beras hanya 500
rupiah. Uang segitu tidaklah lebih karena juga digunakan untuk membiayai ibu
mertua yang sakit-sakitan. Sedangkan sang suami tidak tentu kerjanya.
Sewaktu anak pertamanya
sekolah taman kanak-kanak, pabrik rokok tempatnya bekerja gulung tikar. Hal ini
menyebabkan Mbah Tun, begitu para tetangga menyebutnya, beralih profesi menjadi
pedagang kerupuk sadariyah keliling dari desa ke desa. Keuntungannya tidak
menentu dan tidak seberapa hingga untuk memberi uang saku anaknya tiap pagi
harus jual telur ayam kampung maupun jual beras ke Mbak Yat (toko kelontong
yang juga tetangganya).
Beberapa tahun kemudian
kehidupannya tidak berubah. Tapi alhamdulillah sudah punya satu anak lagi,
televisi 14 inch dan sepeda mini seharga 99 ribu untuk anaknya sekolah yang
masih ada sampai sekarang, bersejarah katanya.
Kenikmatan yang tiada
tara bagi ibu ini adalah memiliki anak perempuan (anak pertamanya biasa
dipanggil Nduk) yang istimewa. Bila terkena panas ataupun debu, maka akan
timbul bintik-bintik merah yang sangat gatal terasa, pun bila cuaca dingin.
Tetapi anak ini begitu mbeneh, tidak
seperti anak tetangga yang lebih mbeneh
lagi. Karena sewaktu anak tetangga sudah selesei nyuci, masak maupun
bersih-bersih, anaknya mbah Tun ini masih berkutat dengan buku-bukunya (hobinya
baca dan sekolah).
Keadaan berubah sewaktu
Nduk kelas 3 sekolah menengah pertama. Untuk menentukan kelulusan waktu itu
diadakan tes atau yang sekarang disebut Ujian Akhir Nasional yang sebelumnya
tidak pernah ada. Nduk ini begitu takut kalau saja tidak lulus karena dia
menyadari kemampuannya. Karena hobinya membaca, dia tahu hikmahnya sedekah. Lalu
disampaikan ke orangtua mengenai ketakutan dan keinginannya untuk bersedekah.
Alhamdulillah disetujui. Sebelum ujian tiba, para tetangga diberi bingkisan
yang isinya hanya berupa beras dan meminta dido’akan agar diberi kemudahan saat
menjalankan ujian. Hasilnya alhamdulillah lulus dengan nilai yang tidak
mengecewakan meski juga tidak menjadi 10
besar.
Sejak kejadian itu, keluarga mbah Tun jadi rajin bersedekah
tiap kali panen sawah yang tidak seberapa luasnya. Dan sekarang sudah bisa
menyewa sawah punya tetangga, menyekolahkan nduk hingga ke Malang dan juga
punya 3 sepeda motor. Semua itu diyakini karena berbagi yang diberikan sewaktu
panen. Hal yang selalu diingat mbah Tun dari anaknya yang mbeneh, “jangan
biarkan tetangga kelaparan, kita tidak akan miskin dengan berbagi dan rejeki
Allah itu datang sesuai dengan kebutuhan jadi jangan menumpuk harta karena
takut lapar.”
∞ ∞ ∞
“Dan
barang apa saja yang kamu infaqkan di jalan Allah maka Allah akan menggantinya
dan Dialah pemberi rejeki yang sebaik-baiknya.”
Q.S. Saba’ : 39.
Hakim bin Hizam ra,
berkata, “Aku minta kepada Nabi SAW lalu ia memberiku. Kemudian aku minta lagi
kepadanya, lalu ia memberinya pula. Dia berkata, “Wahai Hakim, harta ini memang
indah dan manis, maka barang siapa yang mengambilnya dengan kelapangan hati ,
ia akan diberkati. Sebaliknya barangsiapa yang menerima dengan kerakusan, maka
tidak menjadi berkah baginya. Bagaikan orang yang makan dan tak kunjung
kenyang. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”. Aku (Hakim bin
Hizam), berkata, “Ya Rasulullah, demi Allah yang mengutusmu dengan hak, aku
tidak akan menerima apa pun dari seseorang sepeninggalmu hingga aku mati.”
عَنْ أَبِي
ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى الله عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ
يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَتَصَدَّقُوْنَ
بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا
يَتَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ
تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ
صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي
بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي
أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ
وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي
الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ .[رواه مسلم]
Terjemah
hadits :
Dari Abu Dzar radhiallahuanhu :
Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam: “
Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang
banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami
puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak
dapat melakukannya).
(Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam) bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk
bersedekah? : Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap
takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil
merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap
kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah
dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya?, beliau
bersabda: Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan
yang haram, bukankah baginya dosa?, demikianlah halnya jika hal tersebut
diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala.(Riwayat
Muslim)
وَعَنْ اَبِى
عَبْدِاللهِ الزُّبَيْرِبنِ العَوَّامِ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللهِ :لأَنْ يَأْخُذَ
اََحَدُكُمْ اَحْبُلَهُ ثُمَّ يَاْتِى الْجَبَلَ فَيَاْتِىَ بِحُزْمَةٍ مِنْ
حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِخِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌلَهُ
مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اَعْطَوْهُ اَوْ مَنَعُوْهُ.
Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang di
antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar
yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup
kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik
mereka memberi atau tidak”. (HR. Bukhari)
2. PAING –
PEDAGANG
Namanya Paing. Biasa
disebut Mbah Paing karena dilahirkan pada hari Selasa Paing, entah kapan
tanggalnya tak ada yang tahu pasti.Kesibukan bapak yang dilahirkan 46 tahun
yang lalu ini setiap harinya sebagai pedagang kecambah di pasar Gudo Jombang.
Sebelum menikah, dia
sudah bergelut dengan dunia perdagangan yaitu sebagai tengkulak hasil panen di
desanya. Setelah menyunting ibu Martiah, dia berjualan kecambah mengikuti
istrinya dan hasil panen sayuran tetangga yang dititipkan kepadanya. Untuk
menghidupi keluarga dan menyekolahkan kedua anaknya hingga lulus sekolah
menengah atas tidak lain adalah dari jerih payah berdagang kecambah dan sayur
mayur ini. Sekarang yang diinginkannya hanyalah melihat kedua anaknya, Sumadi
dan Suyanti hidup bahagia bersama keluarganya.
∞ ∞ ∞
وَعَنْ اَبِى عَبْدِاللهِ الزُّبَيْرِبنِ العَوَّامِ
قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللهِ :لأَنْ يَأْخُذَ اََحَدُكُمْ اَحْبُلَهُ ثُمَّ يَاْتِى
الْجَبَلَ فَيَاْتِىَ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِخِ فَيَبِيْعَهَا
فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ
اَعْطَوْهُ اَوْ مَنَعُوْهُ.
Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya,
seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari
kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup
kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik
mereka memberi atau tidak”. (HR Bukhari)
Dari Al-Miqdam radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ
مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ –
كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang
mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang dihasilkan dari jerih
payah tangannya sendiri. Dan sesungguhnya nabi Daud ‘alaihissalam dahulu
senantiasa makan dari jerih payahnya sendiri.”(HR. Bukhari)
Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad saw juga mengatakan,
عليكم بالتجارة فإن فيها تسعة أعشار الر
زق (رواه أحمد)
Artinya
:“Hendaklah
kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90 % pintu rezeki”(H.R.Ahmad).
كفى
بالمرء إثما أن يضيّع من يقوت.رواه أبو داود
“Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia
menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.” (H.R Abu Daud)
3. ZERY MEIANAWATI,
S.Pd - GURU
Gadis ini mempunyai
nama Zery Mei Anawati. Dara kelahiran Tulungagung, 9 Mei 1987 terobsesi menjadi
seorang penulis yang dikenal oleh orang lain. Selain itu dia juga ingin
mengajar di luar pulau Jawa, terutama di daratan Kalimantan dan Sulawesi.
Dalam mewujudkannya,
dia mengambil kuliah jurusan Bahasa Indonesia agar kelak bisa mengajar di luar
jawa, namun impiannya ini harus dikubur untuk sementara waktu karena belum
mendapatkan ijin dari kedua orangtua, terutama sang ibu. Karena Zery merupakan
anak perempuan satu-satunya di keluarga ini.
Untuk menjadi seorang
penulis, dia mengawalinya dengan mengikuti kegiatan jurnalistik di kampusnya.
Di dalam kegiatan ini dia memperoleh bekal tentang kepenulisan juga fotografi.
Semasa kuliah, berbagai macam lomba kepenulisan diikutinya, misalnya lomba
membuat artikel, essay maupun membuta cerita baik fiksi maupun non fiksi.
Beberapa tulisannya dimuat di Jawa Pos dan majalah kampus. Dan alhamdulillah di
tahun 2012 ini berhasil menjadi juara I lomba kepenulisan essay tingkat Jawa
Timur yang diadakan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Wilayah IV Jawa Timur.
“Percayalah sukses itu
tidak sulit asal berani mencoba untuk gagal dan pantang menyerah” ungkapnya.
∞ ∞ ∞
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ
الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ
وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ
أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ
فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah
meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan
jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan,
"Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain."
Akan tetapi katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia
kehendaki Dia Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan."
(HR. Muslim)
Maksud mukmin kuat dalam hadits di atas adalah kuat imannya,
bukan semata kuat fisik atau materi. Karena kuatnya fisik dan materi akan
membahayakan diri jika digunakan untuk kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
Pada dasarnya, kuatnya fisik dan materi bukan sebagai
pijakan mulia atau tercela. Hanya saja, jika keduanya digunakan untuk
kemanfaatan di dunia dan akhirat, ia menjadi terpuji. Sebaliknya, jika
digunakan untuk kemaksiatan terhadap Allah, ia menjadi tercela.
Kuat dalam hadits di atas mencakup kuat fisik, jiwa, dan
materi. Kemudian semua itu diikat dengan iman kepada Allah Ta'ala, ridha dan menerima
qadha' dan qadar. Sehingga mukmin yang kuat dalam hadits di atas, adalah mukmin
yang kuat tekad dan semangatnya –khususnya dalam urusan akhirat- sehingga ia
lebih banyak maju melawan musuh dalam jihad, lebih semangat keluar dan pergi
menyambut jihad, lebih semangat dalam melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar,
dan bersabar atas ujian di dalamnya. Kuatnya di sini mencakup kuatnya
kerinduan terhadap Allah Ta'ala dan menjalankan tuntutannya berupa shalat,
puasa, zikir, infak, shadaqah, dan ibadah-ibadah lainnya; lebih aktif mencari
dan menjaganya.
Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
memerintahkan setiap mukmin, baik yang kuat maupun yang lemah, untuk
bersemangat dalam mencari apa yang manfaat untuk dirinya dari urusan dunia dan
akhiratnya. Namun tidak boleh lupa terhadap kuasa Allah dengan senantiasa
meminta pertolongan kepada-Nya dalam menjalankan usaha tersebut. "Semangatlah
meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan
jangan bersikap lemah."
Usaha harus terus dilakukan, tidak boleh melemah karena
malas, putus harapan, perkataan orang, perasaan tidak enak, mitos atau sebab
yang tak jelas lainnya. Karena ada sebagian orang yang sudah bersemangat
menggapai apa yang dibutuhkannya dan disyariatkan kepadanya, lalu ia melemah
dan malas sehingga meninggalkan amal tersebut. Manfaat dan mashlahat yang
dibutuhkannya hilang begitu saja sehingga ia menjadi manusia merugi.
4.
PURNOTO
– PETANI
Sukses menurut bapak
Purnoto adalah ketika bisa memberikan apa yang diminta oleh anaknya, Mukhlisul
Karomi. Bapak berharap anaknya bisa menjadi seseorang yang ikhlas dalam
menjalani kehidupan. Selain itu, putranyalah yang memberikan semangat kepada
Bapak dalam menjalani sisa umurnya. Mata pencaharian Bapak sebagai petani
dengan beberapa petak sawah yang tiada seberapa jika dibandingkan dengan para
tetangganya. Namun, kesederhanaan, kebersahajaan, dan keikhlasannya dalam
menjalani hidup menjadikan suami Bu Mundiyah ini dipercaya warga untuk menjadi
pengurus desa sampai hampir 15 tahun lamanya.
Sebagai petani
tembakau, keuntungan yang diperoleh tidaklah pasti. Suatu ketika timbullah
keinginan untuk meraup keuntungan yang lebih besar dengan jalan menjadi
tengkulak tembakau. Lalu dijuallah tiga ekor kerbau miliknya dan uangnya
digunakan untuk membeli tembakau petani lainnya. Namun tak dapat dipercaya
ternyata Bapak Purnoto ditipu oleh rekannya sendiri yang mengakibatkan kerugian
yang banyak bagi seorang petani kecil seperti Bapak Purnoto. Apalagi sebentar
lagi Bapak memerlukan banyak uang untuk biaya pendidikan anaknya yang mau masuk
sekolah menengah atas.
Bila cobaan datang, hal
yang selalu diingat Bapak adalah harapan kepada anaknya agar menjadi orang yang
ikhlas dalam menjalani hidup. Hal itupun juga Bapak terapkan pada kehidupannya.
Alhamdulillah, sekarang putranya telah bekerja pada suatu instansi pemerintah
dan menempuh pendidikan tinggi. Dan yang paling penting, anaknya mbeneh terhadap orangtua dan keluarga.
∞ ∞ ∞
ـ عن أبي هريرة ـ رضي الله
عنه ـ قال : قبل رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ الحسن بن عليّ ، وعنده ـ الأقرع
بن حابس التميمي ، جالساً ، فقال الأقرع : إن لي عشرة من الولد ما قبلت منهم أحداً
، فنظر إليه رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ ، ثم قال : " من لا
يرحم لا يرحم " .رواه
البخاري .
Dari Abu Hurairah ra- berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu Rasululah saw memandanginya dan bersabda: “Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” HR Al Bukhariy
Penjelasan:
Rasulullah saw mencium Al Hasan bin Ali –ra. Putra Fathimah –ra. Al Hasan lahir pada tahun 2 (dua) Hijriyah.Ketika itu Al Aqra’bin Habis At Tamimiy sedang duduk berada di hadapan Rasulullah saw. Ia seorang mu’allaf, sehingga Islamnya menjadi baik. Rasulullah saw melihatnya dengan pandangan yang kurang menyenangkan karena ia tidak pernah mencium anaknya. Kemudian Rasulullah saw bersabda, untuk merubah sikapnya terhadap anak-anaknya, sehingga anaknya merasakan kasih sayangnya dengan menciuminya.
Rasulullah saw mencium Al Hasan bin Ali –ra. Putra Fathimah –ra. Al Hasan lahir pada tahun 2 (dua) Hijriyah.Ketika itu Al Aqra’bin Habis At Tamimiy sedang duduk berada di hadapan Rasulullah saw. Ia seorang mu’allaf, sehingga Islamnya menjadi baik. Rasulullah saw melihatnya dengan pandangan yang kurang menyenangkan karena ia tidak pernah mencium anaknya. Kemudian Rasulullah saw bersabda, untuk merubah sikapnya terhadap anak-anaknya, sehingga anaknya merasakan kasih sayangnya dengan menciuminya.
Dari hadits di atas dapat disimpulkan
antara lain:
a.
Masyru’iyyah
(disyariatkannya) mencium anak, dan hal ini adalah sunnah Nabi yang mulia.
b.
Orang yang tidak
menyayangi sesama manusia dan makhluk hidup lainnya akan terhalang dari rahmat
Allah, dan kasih sayang sesama manusia. Karena balasan itu serupa dengan
amalnya.
c.
Orang yang menyayangi
orang lain mendapatkan keberuntungan rahmat Allah dan kasih sayang sesama
manusia yang akan menjadi penolong di kala sempit dan pembela pada saat yang
dibutuhkan.
Beberapa
kewajiban orang tua terhadap anak
قُّ
الْوَلَدِ عَلَى وَالِدِهِ أَنْ يُحْسِنَ اسْمَهُ وَأَدَّبَهُ وَيَضَعُهُ
مَوْضِعًا صَالِحًا. (مكارم الأخلاق: ٤٤٣
“Hak anak atas orang tuanya, hendaklah orang tuanya memberi
nama yang baik kepadanya, dan mendidiknya dengan baik, dan menempatkannya
(tempat tinggal) di tempat yang baik”
حَقُّ
الْوَالِدِ عَلَى الْوَلَدِ أَنْ يُحْسِنَ اِسْمَهُ وَأَدَّبَهُ وَ أَنْ يُعَلِّمَهُ
الْكِتَابَةَ وَالسِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ وَاَنْ لَا يَرْزُقَهُ اِلاَّ
طَيِّبًا وَأَنْ يُزَوِّجَهُ اِذَا اَدْرَكَ (رواه الحاكم
“Kewajiban
orang tua terhadap anak adalah : membaguskan namanya dan akhlaknya, mengajarkan
tulis menulis, berenang dan memanah, memberi makan dengan makanan yang baik,
menikahkannya bila telah cukup umur”.
Dari riwayat tersebut di atas, ada 5 kewajiban orang tua terhadap anak,
yaitu :
a.
Memberi
nama yang baik
b.
Mendidik
dengan pendidikan yang terbaik
c.
Mengajarkan
keahlian dan ketangkasan kepada anak
d.
Menempatkan
di tempat tinggal yang baik dan memberi rizki/makan dari yang baik
e.
Menikahkan
bila sudah cukup umur
5.
SUHARI
– KARYAWAN PABRIK
Menjadi karyawan di sebuah kantor perusahaan stanlesteel di
Sidoarjo. Itulah pekerjaan yang sudah dijalani selama 27 tahun. Sebelum bekerja di sana, beliau pernah merantau ke
Palembang, Sumatra Selatan. Hampir satu tahun bekerja di sana sebagai petani,
membantu kakaknya, beliau memutuskan untuk pulang dan bekerja pada sebuah
pabrik yang ada di dekat rumah, Jawa Timur.
Setelah melamar kerja
keberbagai perusahaan, akhirnya diterima diperusahaan tempat beliau bekerja
sekarang. Waktu itu beliau hanya sebagai kuli pabrik. Waktu pabrik mendirikan
sebuah gedung, Bapak hari mendapat musibah, kecelakaan di tempatnya bekerja dan
harus dirawat di rumah sakit selama 1 bulan. Waktu itu beliau khawatir
kalau-kalau sakitnya tidak dapat disembuhkan karena sampai 2 minggu belum juga
diperbolehkan untuk pulang.
Akibat dari kecelakaan
tersebut, sampai sekarang kaki sebelah kiri tidak dapat dilipat, kaku. Dan
alhamdulillah, perusahaan tempatnya bekerja bertanggungjawab dan memindahkan
kerja di bagian administrasi.
Sekarang Bapak Hari sudah
mempunyai dua orang anak, yang satu SMA kelas XII dan satunya lagi laki-laki
baru kelas 2 Sekolah Dasar. Sedangkan istrinya bekerja sebagai pedagang sayuran
di pasar deket rumahnya.
∞ ∞ ∞
مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنْ دَاءٍ إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ
شِفَاءً
“Tidaklah Allah menurunkan sebuah
penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Usamah bin Syarik radhiallahu
‘anhu, bahwa beliau berkata:
كُنْتُ
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ،
فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ،
تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ
شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ
Aku pernah berada di samping
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab
dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau
menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala
tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali
satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit
tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah,
dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih)
6.
MUKHLISUL KAROMI
Setelah
lulus sekolah menengah atas, keinginannya hanyalah menjadi perangkat desa.
Sambil menunggu pendaftaran, tiap hari kerjanya nyabit rumput untuk
sapi-sapinya. Hal tersebut dilakukan hampir satu tahun lamanya.
Waktu
pendaftaran jadi perangkat desa pun telah tiba. Diikutinya dengan baik dan
lancer. Namun saat pengumuman tiba, betapa kecewanya dia karena tidak terpilih
sebagai perangkat dikarenakan adanya kecurangan, saingannya menggunakan uang
dengan tujuan agar mendapatkan suara terbanyak.
Sejak
kejadian itu, semua keluarga dan teman yang ada diluar kabupaten dihubungi
dengan tujuan untuk mencarikan pekerjaan, juga sebagai pelarian dari rasa
kecewa terhadap kepala desanya.
Mulai
keluarga yang ada di luar jawa, katanya sulit. Yang ada di Jakarta juga tidak
sanggup memberikan jaminan hidup enak. Akhirnya ada tawaran dari keluarga
Blitar (Bapak Purnomo) untuk bekerja di blitar, tanpa pikir panjang lagi
tawaran tersebut diterima. Besuknya langsung berangkat ke Blitar. Waktu itu
bulan Mei.
Setelah 4
bulan bekerja, fikirannya pun terbuka. Akhirnya dia memutuskan untuk
melanjutkan kuliah. Dan Alhamdulillah sekarang sudah semester 5. Andai saja tidak ditawari kerja di Blitar,
mungkin hidupnya sudah terpuruk. Entah jadi apa.
∞ ∞ ∞
Wasiat
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Kepada Abu Dzar Al-Ghifari
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.
Hadits ini shahîh Diriwayatkan oleh imam-imam ahlul-hadits, di antaranya:
1.
Imam Ahmad dalam
Musnadnya (V/159)
2.
Imam ath-Thabrani dalam
al-Mu’jamul-Kabîr (II/156, no. 1649), dan lafazh hadits ini miliknya.
3.
Imam Ibnu Hibban dalam
Shahîh-nya (no. 2041-al-Mawârid)
4.
Imam Abu Nu’aim dalam
Hilyatu- Auliyâ` (I/214, no. 521)
5.
Imam al-Baihaqi dalam
as-Sunanul-Kubra (X/91).
Silaturahmi
memiliki sekian banyak manfaat yang sangat besar, diantaranya sebagai berikut.
1.
Dengan bersilaturahmi,
berarti kita telah menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.
2.
Dengan bersilaturahmi
akan menumbuhkan sikap saling tolong-menolong dan mengetahui keadaan karib
kerabat.
3.
Dengan bersilaturahmi,
Allah akan meluaskan rezeki dan memanjangkan umur kita. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda bersabda:
مَنْ أَ حَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ .
"Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi" (Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
مَنْ أَ حَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ .
"Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi" (Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
4.
Dengan bersilaturahmi,
kita dapat menyampaikan dakwah, menyampaikan ilmu, menyuruh berbuat baik, dan
mencegah berbagai kemungkaran yang mungkin akan terus berlangsunng apabila kita
tidak mencegahnya.
5.
Silaturahmi sebagai
sebab seseorang masuk surga.
Diriwayatkan
dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya ada seorang laki-laki
yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Wahai
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amal yang dapat memasukkanku ke dalam
surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ.
"Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahmi" Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.